Keputusan dan Keberanian

Akhirnya 1 AE keluar juga. Sudah nampak dari gelagatnya sih. Sering datang telat. PAdahal dia sedang menangani 1 project yang sangat besar yang hampir berjalan. MEski selama ini performanya kurang tapi cukup disayangkan dia pergi tanpa pemberitahuan dari awal, 1 bulan yang lalu misalnya. Alasannya dia keluar adalah ingin menjalankan usaha yang sedang digelutinya. Tidak ingin perhatiannya terbelah.


Gue jadi ingat saat mewawancarai beberapa kandidat untuk menjadi design grafis. Ada yang berpengalaman sebagai freelancer selama beberapa tahun belakngan ini. Dan saat diwawancara pun dia mengaku masih banyak memiliki kerjaan. Langsungsaja gue tetapkan dia tidak lolos (ok, tidak langsung di depan dia). KArena gue berpikir, jika dia masih memiliki kerjaan freelance dan akan terus berdatangan yang lainnya, dia tidak akan bisa berkonsentrasi dan mendedikasikan dirinya pada kerjaan kantor. 

Lalu gue tanya, kenapa masih melamar di perusahaan jika dia sebagai freelancer sudah menerima banyak. DIa jawab, capek jadi freelancer, kemungkinan tidak menerima kerjaan besar. Ingin keamanan. Mungkina maksudnya aman, menerima gaji tiap bulan secara rutin. Sebuah sikap yang penakut atau gampang menyerah? Entah lah. Mungkin di Indonesia ini kultur berwiraswasta belum mendarah daging. Banyak dinding-dinding tinggi secara sengaja atau tidak, membatasi gerak gerik untuk berwirausaha. Dari keluarga yang memandang kesuksesan dari bangun pagi, berbaju lengkap, rutin pergi menuju tempat kerja. Demikian juga dari calon atau mertua, yang memadang bibit bobot dan bebet dari sudut pandang yang tadi. 

Jadi buat teman AE gue yang tadi resign. Good Luck for You. Meski elo menyebalkan dengan selalu datang telat dan selalu menaruh laptop di laci cubical. Apapun keputusan yang elo ambil, harus ditanggung konsekuensinya. Apapun, baik kerja di kantor maupun memiliki usaha sendiri, akan selalu ada naik dan turunnya. Perjuangan akan selalu membutuhkan usaha yang keras. Kegagalan demikegagalan akan selalu hadir dalam bentuk yang baru. Gue harap elo sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri apa yang terjadi pada kami. Dan gue sendiri belum berani untuk mengambil keputusan berusaha sendiri.

Comments

Popular Posts