Annother 10K, Almost Give up
Gue terbangun. Jam 4 pagi. Dan hari Minggu.
Gue segera bangkit dari kasur. Sial. Badan gue lemes banget. Dan badan gue berkeringat. Tapi gue memaksakan bangun.
Gue menuju dapur. Minum. Lalu gue menuju kamar orang tua gue. Berbaring. Kamar mereka lebih luas. Gue mencoba mengambil napas lebih banyak berharap badan gue lebih enakan. Lalu niatan itu muncul.
Haruskah gue batal ikut lomba lari?
Tanggal 5 Januari lalu gue mendaftar lomba lari Pocari Sweat Run. Setelah BAJAK JKT 10K gue merasa pede akan kemampuan gue berlari. Gue jadi semangat. Gue berniat meningkatkan performa lari gue di tahun 2015 ini. Beli sepatu baru salah satunya. Dan begitu melihat Pocari Sweat Run dibuka kembali, langsung saja gue mendaftar. Karena lomba ini salah satu lomba lari yang bisa dibilang cukup prestisius. Bahkan mereka juga melakukannya di negara-negara lain. Gue kembali ambil 10K. Pede kan?
Tapi niat saja percuma kalau tanpa hal nyata yang dilakukan. Percuma beli sepatu baru kalau hanya dipakai untuk meeting ketemu client. Setiap mau lari ada saja halangannya. Hujan menjadi salah satu penyebab utama. Selama januari dan February, setiap minggu pagi itu hujan. Kalau paginya gak hujan, ya pindah di sore hari. Pernah gue mencoba pergi ke CFD padahal sudah mendung. Baru 3 Km sudah kena hujan, dan gue terpaksa berteduh di bawah pohon. Belum lagi kondisi gue yang memang gampang lelah. Load kerja dari Desember ternyata tidak menyisakan gue untuk bernapas, Demikian juga saat Mama sakit. Teman yang sering diajak lari pun tahun ini sepertinya sudha tidak berminat lari lagi. Banyak tenaga dan pikirna gue yang tersita. Gue hanya berlari dengan jarak bisa 3 minggu sekali. Dan di setiap lari itu pun gue gak nyakin menempuh jarak 10K.
Saat mengambil race pack pun gue nyari gagal. Beberapa kali niat untuk ambils endiri selalu gagal karena kesibukan kantor. Akhirnya gue minta bantuan kurir kantor.
Akhirnya gue memutuskan untuk mandi. Sebelumnya gue masak air dulu. Taxi yang sudah gue pesan akan datang pukul 4.30 WIB. Gue mengkonsumsi 1 gelas susu dan 1 buah pisang. Setelah mandi gue memantabkan hati untuk pergi ke arena lari. Bumi Seprong Damai.
Sebenarnya panitia menyediakan transportasi antar jemput di beberapa pick up point. Yang terdekat dari gue adalah di FX Senayan. Akan tetapi waktu penjemputan adalah jam 4 pagi. Dan gue pikir, daripada gue naik taxi ke FX mending gue naik taxi ke BSD. Lewat tol dari Bintaro lebih dekat. Begitu asumsi gue. Namun ternyata tidak lebih dekat. Total argo taxi gue plus uang tol adalah 100rb rupiah.
Sedikit macet di jalan menuju tempat lomba. Indonesia Convention Exhibition atau disingkat ICE. Rencananya menjadi gedung exhibisi terbesar di Indonesia. Atau Asia. entahlah. Meski pernah dijadikan tempat konser artis manca namun sepertinya tempat itu belum selesai keseluruhan. Sampai sana jam 5 lewat. Tapi sudah ramai. Seramai gitu tapi gak ada yang gue kenal. Bangunannya besar, nampak dari luar. Semua tenda dan prasarana ditata rapi di sepanjang area luas bangunan. Ada lahan parkir luas tidak jauh di depan sana. Memang sebuah kawasan baru yang kosong dan luas. Toilet umum berjejer rapi dan antri. Ada mushola juga buat yang tidak sempat sholat subuh. Menarik juga melihat mereka yang sudah berkaos lari sholat sambil memakai sarung.
Akhirnya menjelang pukul 6 tepat, para pelari digiring menutu Start line. Yang dipersilahkan masuk terlebih dahulu adalah yang menempuh lari 10K. Untuk jarak 5K dan bergroup akan melalu start kemudian. Sebelum mulai kita dibimbing oleh beberapa instruktur untuk melakukan pemanasan. Pemanasannya menurut gue cukup berat. Atau akrena memang guenya yang jarang melakukan pemanasan intenst? Entahlah, yang jelas gue cukup ngos-ngosan setelahnya. Dan berkeringat. Cuaca saat itu cukup cerah.
Setelah pemasan, menyanyikan Indonesia raya, dan sepatah dua patah kata kemudian. GO!
Km 1 gue sudah ngos-ngosan. Baju lepek. Damn you isntruktur. Semoga gue tidak pingsan. Karena disponsori oleh minuman, hydration pointnya banyak. Tiap 1 Km ada. Oiya bahkan saat menuju garis Start tadi pun dikasih free flow. Enak sih tapi kan jadinya terasa mau pipis lagi. Km ke 2 dan 3 tidak ada tanda-tanda toilet umum yang dijanjikan di peta route. Entah di Km ke berapa, gue lupa. Ada Shell, dan nampak 1 orang berlari dari sana. Nampaknya dia sudah gak tahan lagi akhinrya pipis di toilet Shell. Yang lainnya nampaknya sudah sangat tidak tau malu lagi, karena sudah di ujung banget akhirnya mereka pipis di semak-semak yang memang banyak tumbuh di sepanjang lahan kosong di route yang kita lalui.
Memang sih rute di BSD yang kita lalui ini lengang. Di sepanjang rute belum banyak rumah atau bangunan yang jadi. Beberapa sedaang dibangun. Sisanya tanah kosong yang ditumbuhi tanaman liar. Kalaupun ada perumahan itupun tidak langsung berda di pinggir jalan. Mereka berada setidaknya 500 meter dari pinggir jalan. Dan penghuninya tidak yang keluar rumah. Atau jangan2 perumahan itu kosong. Sepi tanpa diganggu oleh kendaraan umum memang nyaman bagi para pelari sih. Tapi koq ya berasa sepi banget yah. Banyak penjaga rute yang ditempatkan tapi mereka kalem. Beda jauh dengan BajakJKT dimana hampir semua mejaganya memberikans emangat bagi para pelari dengan teriakan-teriakan. Kalaupun bukan penjaga, warga sekitar yang menonton pun turut memberikan semangat. bahkan klaksonan pengendara motol pun ikut menyemangati gue. Kali ini anteng banget. Sudahlah gue loyo, tidak mendapat banyak semangat pula. Ada 1 pelari perempuan , menjelang Km ke 7 atau 8 di berteriak sendiri untuk menyemangatinya. Mau begitu tapi lemes. akhirnya gue mukulin tinju sendiri ke tapak tangan.
Yes, gue banyak berhenti. Bahkan setiap 100 Menjelang hydration point gue jalan. Gue tidak melihat banyak diri gue menyusul orang di depan gue. yang banyak gue lihat adalah orang-orang di belakang gue banyak menyusul gue. Untuk saja yang menyusul gue bukan pelari yang ikut 5K. Akhirny gue tidak pipis di sepanajng rute. Ada 4 bilik toilet umum tapi penuh terus. Kalau ditunggu makin tertinggal gue. Gue bersyukur tidak pingsan atau kram. Meski baju sudah amat sangat basah. Entah karena bahannya yang kurang bagus atau keringat gue yang melimpah atau karena memang tidak ada angin sama sekali saat itu. pakai pawang kali yah?
Gapura finish itu pun akhirnya nampak. Sudah banyak yang berkumpul di sana. Tetap semangat berlari menuju garis Finish. Gue tidak tahu berapa waktu yang gue tempuh. Yang jelas gue sudah menempuh 10 KM lagi. Saat itu Gue yakin waktu yang gue tempuh akan lebih lama dari Bajak JKT. Lepas dari garis finish gue tidak melihat meja yang menyediakan medali. Apakah gue sudah kehabisan medali. Ternyata meja pembagian medali memang dibuat cukup jauh dari garis finish. Cukup menghibur lah dapat medali ini. Nambah lagi kan koleksi gue. Panas, keringatan. gak bawa baju ganti pula. Tidak banyak tempat duduk yang nyaman, akhinrya gue selonjoran di teras gedung yang masih kotor oleh debu semen. Banyak atraksi yang disediakan termasuk selfie spot yang setiap spotnya selalui diantri panajng oleh pelari. Gue cukup duduk sambil menikmati 1 botol Pocari, 1 pisang, 1 soyjoy dan 1 handuk dan mengkalungkan medali. Satu lagi 10K sudah gue capai. Meski kecewa dengan hasilnya. Barusan gue melihat hasilnya, waktu tempuh gue adalah 1.13.28 untuk chip time dan 1.13.57 finish time.
Setelah cukup beristirahat, gue pulang. Jangan tanya gimana gue pulang. Daerah antah berantah yang belum ada infrastruktur transportasi umum macam BSD membuat gue harus berjalan berkilo kilo meter untuk medapatkan taxi. Dan mengeluarkan 100rb lagu untuk ongkos taxinya. Cukup sudah lomba 10K dalam waktu dekat ini. Bukan medali atau kaos lagi yang harus gue kejar. Tapi adalah kualitas lari. Mempersingkat jarak tempuh. Memperkuat daya tahan. Memperpanjan jarak. Itu tantangans ebenarnya Nas. Tantangan lainnya adalah lingkungan. Gue harus berlari sendiri. Sempat atau tidak disela-sela load kerja yang semakin mengila ini. Itu komitmen lo Nas. Never give up.
Comments