You just not in to me
Jumat kemaren sepulang kerja gue mampir buka bersama bersama teman di Plaza Indonesia. Sebelumnya hujan turun sejak jam 4. Jadinya gue baru bisa jalan pukul 5.15. Untungnya dengan ojek. Sampai restoran tempat yang dituju telah lewat beberapa menit dari waktu berbuka. Ditambah lagi lamanya makanan yang datang. Duh.
Selesai makan kita melanjutkan ke mall lainnya. City Walk, di kawasan karet. Bukan mall yang besar. LEbih seperti kumpulan tempat makan. Sebenarnya ke sana niatnya ke sebuah cafe dimana ada kenalan yang nyanyi di sana. Tapi pertama tiba di muka cafe itu tiba-tiba saja gue urung untuk masuk. Entah kenapa. Gugup. Kami (gue dan teman) membelokkan arah menuju Starbuck. Tanpa diduga di sana bertemu Yogi, temen kuliah dulu bersama beberapa teman kantornya dulu.
Sedang duduk - duduk santai sambil menikmati coklat panas, gue mendapat sms dari kenalan yang bernyanyi di cafe tersebut. Katanya dia lihat gue saat di depan cafe tadi. Dia pang icon sedih karena tahu gue tidak jadi ke sana. Yaaah...jadinya kami ke sana deh.
Di Cafe itu sepi pengunjung. Karena sudah makan kami hanya pesan makanan dan snack saja. Gue memesan beer. Lucu saja begitu pesanan gue datang, disajikan di dalam cangkir. Antisipasi bulan puasa. Semuanya harus terlihat baik dari luar. Cukup dari luar saja. Di panggung dia sedang bernyanyi. Saat jeda dia menghampiri meja kami. Ngobrol. Dan gue memang bukan tipe yang ramai saat ngoborl. Teman gue deh yang jadi asik ngobrol. asik juga nongkrong di cafe itu. Apalagi kalau kita bisa kenal dengan band yang sedang bermain. Bisa request lagu. Kami di sana sampai jam 12.30. Saat cafe itu tutup. Kami berpisah di loby. Dengan perasaan campur aduk.
Bagaimana tanggapan dia terhadap gue? Tapi gue tidak boleh langsung bertanya saja. Sms selamat malam dan ahti-hati sudah dibalas dengan baik. Selanjutnya?
Sepertinya apa yang gue rasakan terhadap dia tidak demikian dia terhadap gue. Ada kesan datar dari percakapan di twitter. Sebelum gue jatuh terlalu dalam dan sakit terlalu parah, gue ambil ancang-ancang untuk melupakan dia. Berhenti berharap.
Hari ini minggu, saat puasa. Malas sekali untuk keluar rumah. Tapi di rumah ini pun gue gelisah. Kecewa. Sedih. Another anti climax weekend.
Selesai makan kita melanjutkan ke mall lainnya. City Walk, di kawasan karet. Bukan mall yang besar. LEbih seperti kumpulan tempat makan. Sebenarnya ke sana niatnya ke sebuah cafe dimana ada kenalan yang nyanyi di sana. Tapi pertama tiba di muka cafe itu tiba-tiba saja gue urung untuk masuk. Entah kenapa. Gugup. Kami (gue dan teman) membelokkan arah menuju Starbuck. Tanpa diduga di sana bertemu Yogi, temen kuliah dulu bersama beberapa teman kantornya dulu.
Sedang duduk - duduk santai sambil menikmati coklat panas, gue mendapat sms dari kenalan yang bernyanyi di cafe tersebut. Katanya dia lihat gue saat di depan cafe tadi. Dia pang icon sedih karena tahu gue tidak jadi ke sana. Yaaah...jadinya kami ke sana deh.
Di Cafe itu sepi pengunjung. Karena sudah makan kami hanya pesan makanan dan snack saja. Gue memesan beer. Lucu saja begitu pesanan gue datang, disajikan di dalam cangkir. Antisipasi bulan puasa. Semuanya harus terlihat baik dari luar. Cukup dari luar saja. Di panggung dia sedang bernyanyi. Saat jeda dia menghampiri meja kami. Ngobrol. Dan gue memang bukan tipe yang ramai saat ngoborl. Teman gue deh yang jadi asik ngobrol. asik juga nongkrong di cafe itu. Apalagi kalau kita bisa kenal dengan band yang sedang bermain. Bisa request lagu. Kami di sana sampai jam 12.30. Saat cafe itu tutup. Kami berpisah di loby. Dengan perasaan campur aduk.
Bagaimana tanggapan dia terhadap gue? Tapi gue tidak boleh langsung bertanya saja. Sms selamat malam dan ahti-hati sudah dibalas dengan baik. Selanjutnya?
Sepertinya apa yang gue rasakan terhadap dia tidak demikian dia terhadap gue. Ada kesan datar dari percakapan di twitter. Sebelum gue jatuh terlalu dalam dan sakit terlalu parah, gue ambil ancang-ancang untuk melupakan dia. Berhenti berharap.
Hari ini minggu, saat puasa. Malas sekali untuk keluar rumah. Tapi di rumah ini pun gue gelisah. Kecewa. Sedih. Another anti climax weekend.
Comments