Inas dan laut
Seorang freelancer di kantor gue bercerita bahwa dia sebentar lagi akan bekerja di sebuah kapal, Star Cruise. Sebelumnya dia telah mengambil kursus singkat selama 3 bulan di Yogyakarta di bidang kulinery pelayaran. Dia lulusan sekolah Public Relation terkemuka di Jakarta. Sempat terpikir kenapa dia tidak memanfaatkan saja ilmu PR yang dia dapat untuk memperoleh pekerjaan di Jakarta. Kenapa dia malah memilih pergi berlayar. Tapi kemudian gue terbayang akan laut.
Teringat beberapa tahun yang lalu, saat harga tiket pesawat masih menjadi barang mewah. Gue dan keluarga besar pergi ke Padang dengan kapal laut. Saat itu gue menikmati tiap menit keberadaan gue di kapal itu. Gue bisa berjam-jam berdiri di luar hanya memandangi lautan luas. Melihat ke bawah, melihat buih-buih air yang dihasilkan dari terabsan kapal dengan kecepatan tinggi. Ikan-ikan yang melompat keluar dari dalam air. Angin yang bertiup kencang. Disaat yang lain terlelap di kamar karen terbius obat anti mabuk laut, gue justru berkeliling kapal.
Entah kenapa gue senang laut. Padahal gue tidak bisa berenang. Hubungan terdekat gue dengan laut adalah saat gue dijatuhkan dari banana boat di anyer. Saat itu gue memakai pelampung. TApi sensasi yang gue rasakan begitu mengerikan sekaligus menyenangkan. Kaki ini seperti di awang-awang, tanpa bisa menyentuh dasar laut.
Gue jadi ingat waktu kelas 2 SD, gue pergi ke PAdang dengan naik mobil, sedan pula. Saat itu kondisi jalanan lintas sumatera dalam kondisi rusak parah. Bahkan untuk melalui jembatan pun kami harus keluar dari mobil. Sepanjang perjalanan gue muntah. Capek rasanya. Tapi begitu memasuki kawasan pelabuhan merak maupun bakauheni untuk menyeberang selat Sunda, kondisi gue segar bugar.
Laut adalah 70% wilayah planet ini. Banyak yang belum gue lihat. Ingin rasanya bisa menyelam dan melihat keindahan terumbu karang beserta ikan-ikan lautnya.
Comments