Inas dan trotoar

Senang rasanya membaca artikel di koran Kompas minggu ini yang membahas mengenai trotoar di jakarta dengan segala keburukannya. Gue sebagai pejalan kaki tulen sudah lama merasakan sengsaranya berjalan kaki di kota Megapolitan ini. Jangan lihat lebarnya trotoar di jalan sudirman dan thamrin. Itu hanya sepersekian meter dari banyaknya trotoar di jakarta yang buruk sekali. Coba rasakan berjalan di trotoar yang sempit dan juga harus terhalang oleh gerobak pedagang makanan.
Bukan hanya gerobak lho, bahkan tenda yang menaungi gerobak dan bangku-bangku bagi pembeli mereka. Itu gue alami di jalan tendean. TEpatnya di depan kantor pos tendean. Setiap gue mau ke plaza tendean untuk fitnes pada malam hari, gue terpaksa berjalan di badan jalan karena grobak jajanan itu. Demikian juga dengan trotoar di depan taman Christina Martha Tiahahu di kawasan blok M. Gerobak jajanan berjejer sehingga lagi2 gue harus berjalan di badan jalan. Padahal saat hujan jalan di depan blok m plaza itu sering tergenang air.

Predator trotoar di jakarta bukan hanya pedagang kaki lima. Motor pun ikut memangsa trotoar. Apalagi jika jalanan macet. Seakan mereka tidak rela ikut macet juga, padahal mereka penyumpang signifikan atas macetnya jakarta. Bayangkan, gue sedang bersabar menunggu metro mini di trotoar harus menghindar karena ada motor yang melintas.

Predator ke tiga ini sebenarnya merupakan ironi karena di sisi lain gue mendukung keberadaannya. Hanya saja penempatannya yang salah. Pohon. Yup, kadang demi alasan penghijauan , mereka senaknya saja menanam pohon di tengah trotoar. Baik itu yang ditanam langsung ke datang maupun yang ditanam di pot. Itu gue alami di jalan raya di depan rumah gue. padahal trotoarnya begitu sempit, bahkan tidak layak disebut trotoar karena masih berupa tanah. Bisa disebut tepian jalan saja. Dan disitulah pohon-pohon itu di tanam.

Entah kapan masalah trotoar buruk ini bisa diatasi. Sama mustahilnya dengan permasalah macetnya jalanan. Entah kapan gue sebagai pejalan kaki mendapatkan hak sepenuhnya atas trotoar. Entah kapan Gue sebagai pengguna kendaraan umum dapat menikmati fasilitas itu dengan nyaman. Entah kapan. Yang jelas selain gak bisa bawa motor, enggannya gue menjadi kontributor terhadap kemacetan jakarta menjadi alasan gue menjual hadiah motor yang gue dapat dari bank itu.

Comments

Derajat Celcius said…
Ooo itulah sebabnya kenapa elo rela menjual motor hadiah itu hehehe
Learning Fish said…
iya..tapi lebih krn gak bisa make dan malas belajarnya :p

Popular Posts