secangkir kopi pahit


Selepas makan siang kantuk kembali menyerang. Ngantuk sekali. Handuk, kaos cadangan dan rompi gue tumpuk sebagai alas kepala gue di meja. Tidur anak sekolah, begitu istilah Sigit. DImana kita tidur dengan meletakan kepala di meja sementara badan kita tetap di kursi dan earphone masih terpasang di telinga dengan lagu-lagu dari mp3 berkumandang. Tidak bisa nyenyak tapi cukup untuk menghilangkan kantuk yang parah ini. Kemudian gue pergi untuk membuat secangkir kopi. Kopi kapal api sebanyak 1,5 sendok makan.
Gue baru sadar belakangan gue sering minum kopi. Dan kopinya pun bukan kopi instan. Dalam hal ini kopi kapal api. Perkenalan gue dengan kopi memang sudah lama. Dan mulai akrab saat gue kerja di kantor ini. Tapi saat itu gue jarang minum kopi dan kopi yang gue minum adalah kopi instan yang biasanya sudah dicampur dengan cream, susu atau caramel. Hanya sebagai pengganti air putih agar tidak bosan. Efeknya bukan menghilangkan kantuk - karena gue juga tidak begitu ngantuk saat itu - hanya sebagai penghilang rasa jenuh.
Tapi sekarang gue tidak mempan lagi dengan kopi-kopi instan itu. Harus kopi asli. Kopi yang berampas. Dan memang efeknya sangat gue rasakan. RAsa kantuk itu bisa hilang seketika. Entah apa dampaknya bagi kesehatan tubuh gue ini.

Comments

Popular Posts