Chill out at friday evening

Jumat, 4 maret 2011

Sudah mengantuk sangat. Sholat jumat hanya sebagai kamuflase untuk tidur siang. Design-design sudah dibawa meeting ke client. Masih menyisakan 1 booth yang belum jelas. Entah ini design yang keberapa kalinya. Ganti games, ganti feel. Terlalu banyak brief. Atau bisa dikatakan terlalu banyak campur tangan dari client. Clientnya sendiri plin ola. Jlimet. Ngomongin jlimet ternayata ada yang sepaham dengan gue mengenai seseorang. Jlimet. Hehehe. 

Setelah membanu teman memasak jelly gue mencoba untuk mendesign booth itu di ruang meeting. TApi yang ada adalah gue tertidur di sana. TApi untunglah setelah pulang dari meeting tidak ada update yang langsung diberikan. Jadi gue bisa pulang tepat waktu. Demikian juga dengan anak-anak lain. Muka mereka ceria mendadak hahaha.

JAdi yang gue lakukan adalah menyusul temen gue devi ke gandaria city. Sampai sana agak lama baru bertemu mereka karena sepertinya suara karaoke yang hingar bingar memendam suara telepon. JAdinay gue keliling mall besar yang baru itu. Sedikit kesasar mencari Gramedia dan ATM. Di Gramedia gue beli 2 buku lanjutan dari Nicholas Flamel, The Sorceress  dan The Necromancer. Di Lote gue beli telepon rumah. Sudah lama rusak, yang lama kalau malam suka bunyi kresek - kresek. Seperti ada aktivitas supranatural di dalamnya. Yah begitulah yang gue lihat di film - film. 

Akhirnya bertemu dengan dua perempuan itu. Benar saja, mereka tidak mednengar telepon berbunyi karena musik karaoke. Meski mereka akui karaoke di situ tidak enak. Akhirnya kita nongkrong di sebuah lounge and bar bernama moonchies. Minum beer sambil menikmati musik live. Lumayan menghibur. MElepaskan penat dan setres di kantor masing-masing. 

Beer habis pas jam 10. Akhirnya kita pulang. Mall baru itu cukup besar tapi pengunjungnya sedikit. Terasa sekali sepinya. Menunggu taxi di loby ternyata saat itu cukup lama. Apalagi kita di anttrian nomor 3. Sempat kepikiran untuk menstop taxi di luar mall. Tapi kita mencoba bertahan untuk beberapa menit lagi. Dan untunglah penantian tidak sia-sia. Akhirnya taxinya datang juga.

Ternyata supir taxinya tinggal di kompleks Depen. Namanya Ganet. Anaknya sopan dari awal. Dia kenal beberapa orang yang tinggal di komples itu yang kebetulan merupakan teman sekolah dulu sejak sd hingga smp. Dia pernah cerita sebelum jadi supir taxi blue bird itu dia kerja di UNICEF. Tapi sempat kecelakaan motor. Tidak dapat banyak asuransi yang membantu proses pengobatan dia. Di Blue Bird ini dia bilang asuransinya cukup lengkap. GUe jadi tertegu. Jabatan boleh supir taxi tapi perusahaan tempat dia bekerja memberikannya asuransis yang sukup. Sedangkan gue? 

Comments

Derajat Celcius said…
Reality bites bro..:D (tepuk-tepuk punggung)

Popular Posts