Roller Coaster
2013 bagi gue seperti menaiki roller coaster. berputar-putar bikin histeris dan gila dan pusing. Puncaknya mungkin bulan ini. Disaat yang lain libur gue terpaksa masuk demi sebuah project yang diambil. Tiga hari nginap di kantor mengerjakan semua design. Belum lagi nyokap yang habis operasi katarak dan bokap yang sakit-sakitan. Mungkin sedikit yang menyemangati gue adalah event ini akan diadakan di Macau. Sedikit semangat. Entah kenapa.
Lalu kemudian gue mendapat kabar itu.
Sabtu kemarin gue mendapat pertanyaan via whatsapp dari salah satu anak buah. Kapan bonus diberikan? Mereka (dia juga mendapat pertanyaan yang sama dari 2 anak gue lainnya) rupanya masih mengira bonus akan dibagikan bulan Desember ini. Karena memang dijanjikan bulan desember ini. Tapi sepertinya diundur ke rencana semula, yaitu dibagikan bulan Januari tahun depan. Begitu penjelasan gue ke dia.
Lalu gue tanya ke akunting gue via bbm. Kapan bonus diberikan? Dan jawabannya cukup mengejutkan. Bonus quartal ini yang dijanjikan, rupanya tidak jadi dibagikan. Karena setelah dihitung ulang , angka pastinya tidakalah mencapai target. Hal itu terjadi karena ada beberapa perubahan angka dan beberapa PO telat masuk.
Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Kata tanya itu yang selalu berkecamuk di otak gue setelah itu.
Kenapa mereka tidak memberitahukan ke kami? Kenapa saat sebelum libur gue tanya, diam saja? Kenapa bisa tidak jadi dibagikan? selisih berapa ratus juta sih? Kenapa jauh - jauh hari sudah diumumkan quartal ini mencapai target? Kenapa mengidekan bonus dimajukan menjadi desember dan meliburkan kantor di akhir tahun agar bisa liburan, menikmati bonus? Akunting gue bilang karena tidak jadi dibagikan bonus maka karyawan diberikan libur panjang. Mana yang benar?
Selama seminggu ini gue lembur mengerjakan project dadakan dengan tenaga yang tersisa, dengan pengharapan akan diberikan bonus bulan depan. Belum lagi project sempilan yang meski remeh tapi ribet dan menyita waktu dan pikiran gue.
Kenapa begitu mudah memberikan janji? Dari dulu, janji, janji, janji. Janji diberikan sebagai penyemangat, setelah semua kerjaan terlaksana beres, kemudian janji itu dengan mudah dipatahkan.
Semua keringat yang kita cucurkan selama quartal ini tidak ada harganya karena selisih beberapa juta rupiah. Lalu selanjutnya apa? Dijanjikan quartal depan? Menghitung project baru tanpa memasukan keuntungan dari quartal ini. Quartal tahun lalu saja ada sebuah project yang bikin sekantor berkeringat tapi tidak dimasukan ke dalam perhitungan quartal ini. Lalu bagaiamana nasib atas quartal depan? Selisih angka kecil bisa dianggap tidak achieve target dan tidak ada bonus lagi?
Tidak ada rasa kemanusiaan. Tidak ada rasa tanggung jawabnya. Tidak ada berita resmi mengenai hal ini. Cuma via BBM ke gue. Itu puns etelah gue mulai bertanya. Siapa yang akan memberitahuna anak-anak ini? Gue? Tanggung jawab gue? Semua teman gue bilang itu menjadi tanggung jawab HRD.
Gak tega gue memberitahukan anak-anak gue. TAdi saja begitu gue mau memberitahukan lewat whatsapp, gue ketahui salah satu dari mereka sedang mengajak Neneknya jalan-jalan. Berita ini bis abikin mood mereka rusak selama liburan. Sama seperti gue, yang hari ini harus masuk ke kantor demi mengerjakan 1 design yang tertunda gara-gara foto yan gharusnya dimasukan ke design belum bisa gue download karena account yang gue buat harus diaktifkan selama 1 x 24 jam terlebih dahulu.
Inikah batasnya? Haruskah gue menyalahkan diri sendiri atas segala berita buruk ini? Katanya doa orang yang tertindas dikabulkan. Kurang tertindas apa gue? Ibarat naik roller coaster, safety belt gue lepas saat melewati putara 360 derajat.
Lalu kemudian gue mendapat kabar itu.
Sabtu kemarin gue mendapat pertanyaan via whatsapp dari salah satu anak buah. Kapan bonus diberikan? Mereka (dia juga mendapat pertanyaan yang sama dari 2 anak gue lainnya) rupanya masih mengira bonus akan dibagikan bulan Desember ini. Karena memang dijanjikan bulan desember ini. Tapi sepertinya diundur ke rencana semula, yaitu dibagikan bulan Januari tahun depan. Begitu penjelasan gue ke dia.
Lalu gue tanya ke akunting gue via bbm. Kapan bonus diberikan? Dan jawabannya cukup mengejutkan. Bonus quartal ini yang dijanjikan, rupanya tidak jadi dibagikan. Karena setelah dihitung ulang , angka pastinya tidakalah mencapai target. Hal itu terjadi karena ada beberapa perubahan angka dan beberapa PO telat masuk.
Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Kata tanya itu yang selalu berkecamuk di otak gue setelah itu.
Kenapa mereka tidak memberitahukan ke kami? Kenapa saat sebelum libur gue tanya, diam saja? Kenapa bisa tidak jadi dibagikan? selisih berapa ratus juta sih? Kenapa jauh - jauh hari sudah diumumkan quartal ini mencapai target? Kenapa mengidekan bonus dimajukan menjadi desember dan meliburkan kantor di akhir tahun agar bisa liburan, menikmati bonus? Akunting gue bilang karena tidak jadi dibagikan bonus maka karyawan diberikan libur panjang. Mana yang benar?
Selama seminggu ini gue lembur mengerjakan project dadakan dengan tenaga yang tersisa, dengan pengharapan akan diberikan bonus bulan depan. Belum lagi project sempilan yang meski remeh tapi ribet dan menyita waktu dan pikiran gue.
Kenapa begitu mudah memberikan janji? Dari dulu, janji, janji, janji. Janji diberikan sebagai penyemangat, setelah semua kerjaan terlaksana beres, kemudian janji itu dengan mudah dipatahkan.
Semua keringat yang kita cucurkan selama quartal ini tidak ada harganya karena selisih beberapa juta rupiah. Lalu selanjutnya apa? Dijanjikan quartal depan? Menghitung project baru tanpa memasukan keuntungan dari quartal ini. Quartal tahun lalu saja ada sebuah project yang bikin sekantor berkeringat tapi tidak dimasukan ke dalam perhitungan quartal ini. Lalu bagaiamana nasib atas quartal depan? Selisih angka kecil bisa dianggap tidak achieve target dan tidak ada bonus lagi?
Tidak ada rasa kemanusiaan. Tidak ada rasa tanggung jawabnya. Tidak ada berita resmi mengenai hal ini. Cuma via BBM ke gue. Itu puns etelah gue mulai bertanya. Siapa yang akan memberitahuna anak-anak ini? Gue? Tanggung jawab gue? Semua teman gue bilang itu menjadi tanggung jawab HRD.
Gak tega gue memberitahukan anak-anak gue. TAdi saja begitu gue mau memberitahukan lewat whatsapp, gue ketahui salah satu dari mereka sedang mengajak Neneknya jalan-jalan. Berita ini bis abikin mood mereka rusak selama liburan. Sama seperti gue, yang hari ini harus masuk ke kantor demi mengerjakan 1 design yang tertunda gara-gara foto yan gharusnya dimasukan ke design belum bisa gue download karena account yang gue buat harus diaktifkan selama 1 x 24 jam terlebih dahulu.
Inikah batasnya? Haruskah gue menyalahkan diri sendiri atas segala berita buruk ini? Katanya doa orang yang tertindas dikabulkan. Kurang tertindas apa gue? Ibarat naik roller coaster, safety belt gue lepas saat melewati putara 360 derajat.
Comments