Generasi Pemalas
Sudah lihat video 5 cara anti ribet di Indonesia oleh Sacha Stevenson? coba lihat butir terakhir #jalan kaki itu sehat. Disitu diperlihatkan orang sudah dengan perlengkapan untuk mengendarai sepeda motor padahal hanya untuk menuju tempat abang somay mangkal yang berjarak 5 meter.
Yeap, that is so fucking true.
Gak usah jauh-jauh, di dekat rumah gue pun hal itu kejadian. Meski tidak sedekat yang diperlihatkan di video sih. Tapi sekarang untuk menuju ke alfa di depan komplex saja mereka menggunakan motor. Kalau sore ramai lah di pertigaan depan komplex rumah gue. Bagaimana tidak ramai jika di situ ada 1 alfamart dan 1 indomaret, 1 lapangan futsal dan aneka jajanan. Mereka, khususnya pengendara motor yang dikendarai oleh anak-anak yang dibawah umur (generasi si Dul) maupun ibu rumah tangga yang gue kira mereka tidak memiliki SIM. memarkirkan motor seenaknya saja. Memutar kendaraan juga seenaknya saja. Belum lagi pedagang kaki lima yang memarkirkan gerobak gadangan mereka di trotoar.
Mengantar anak sekolah TK saja menggunakan motor. Bisa dilihat di sebuah TK kecil di dekat rumah gue. Kalau agi hari di depan gerbangnya ramai berjejer motor. Motor-motor itu tidak bisa masuk ke dalam karena TK itu sangat kecil jadi mereka tidak menyiapkan lahan parkir. Seberapa jauh sih TK tempat anak mereka belajar? jika tidak dimungkinkan jalan kaki toh mereka bisa enggunakan kendaraan umum. Jalur yang akan mereka tempuh tidaklah jauh dan tidak mengalami kemacetan selayaknya jalan raya. Naik KWK pun masih nyaman saja.
Gue jadi berpikir. Jika seandainya pemerintah DKI berhasil menciptakan transportasi public yang nyaman cepat seperti MRT sekalipun, apakah warganya masih mau menggunakannya? Dari kecil sudah dididik untuk malas menggunakan transportasi umum, jadi meski MRT secanggih di Singapore sekalipun mereka akan enggan. MRT di SIngapore sekalipun tetaplah penuh dan berdesakan dan harus antri menunggu. Lebih enak naik motor bagi mereka.
Comments