Your Social Media is the Brand of You
Lets talk about social media again. Belum ada update socmed terbaru. Model terakhir masihlah Path. Dan sepertinya soc med ini besar di Indonesia. Saking besarnya, sahamnya dibeli salah satu pengusaha/politisi asal Indonesia.
Gue membuat tulisan tentang socmed lagi karena belakangan gue merasa terusik dengan postingan dari beberapa teman gue. Sekedar info saja, di path itu kita bisa memposting foto, tulisan, video maupun jenis lagu/film atau buku yang sedang kita nikmati. Ada yang hoby memposting foto makanan, foto selfie, foto from 9gag ala-ala. Dan ada juga yang memposting tulisan. Yang mengganggu gue itu adalah postingan tulisan yang berupa omelan, keluhan maupun nyinyiran.
Emang sih itu hak mereka dan hak kita semua untuk melakukan apa saja terhadap social media yang kita punya. Mungkin selama itu tidak termasuk dalam hal-hal yang dilarang oleh undang-undang seperti memposting fitnah atau pornografi. Dan sah - sah aja kalau mereka - pihak yang memposting itu - bilang"kalau gak suka yah jangan di follow, unshare saja".
Tapi sebelum semuanya mengeluarkan argument yang mengutamakan haknya. Coba dilihat dan dipikirkan lagi deh beberapa hal ini.
Gue, sebagai orang yang membaca omelan dan keluhan serta nyinyiran akan merasakan mood yang jelek ikut mengalir di diri gue. Dengan membaca omelan dan nyinyiran terhadap sesuatu hal, sebuah tingkah laku dari seseorang yang orang itu benci, akan merasa"oh dia benci akan tingkah laku seperti itu, Apa jadinya jika dengans engaja atau tidka gue bertingkah laku menyerupai yang dilakukan orang yang dibenci itu? apakah dia akan benci terhadap gue juga? apakah dia juga akan nyinyir terhadap gue? Hal itu terjadi karena setelah menyimak, gue tidak setuju dengan apa yang dia keluhkan atau dia nyinyirkan.
Contoh sederhana, kamu nyinyir terhadap orang yang melakukan beberapa bantuan medik untuk mempercantik penampilan. Gue anggap hal itu wajar saja selama punya uang dan tidak mengganggu orang lain. Hey, we living in era dimana cover buku masih dipandang serius. Atau kamu nyinyir terhadap orang yang suka ngomong pakai bahasa inggris tapi bahasa inggrisnya kacau. Hey, gue kadang menggunakan bahasa inggris yang pasti kacau tapi dalam konteks gue ingin belajar. Apakah kamu akan nyinyir terhadap gue juga?
Ngomel-ngomel dalam postingan tentang pekerjaan. Hey, kita semua punya masalah, punya tugas yang berat dalam kerjaan masing-masing. Bedanya, gue tidak mengekspresiskananya secara brutal di social media. Justru gue membuka social media untuk melihat hal-hal yang bisa melupakan sejenak akan keriwetan dalam pekerjaan. Dengan melihat postingan omelan kalian justru semakin mumet otak gue.
Dicap jadi tukang nyinyir gak enak lho. Kalian akan mendapati orang-orang berkelakuan palsu demi menghindari nyinyiran kalian. Orang juga akan malas mengajak kalian bekerja sama jika mengetahui kalian suka mengeluh dan marah-marah dalam bekerja. Orang akan berpikir: Hey, elo nanti akan ngomel-ngomel dengan kerjaan yang gue berikan?"
Guys, apa yang kalian lakukan dalam social media kalian itu memang hak kalian tapi di sisi lain, itu juga menjadi patokan orang dalam menilai kalian.
Comments