Anak Emas

Kalau sekarang gue nulis blog berarti gue di kantor. Yes, komputer rumah gue belum bener juga dan internet masih gue putus. Tapi sekarang ini jam 11.16 malam. Yes, gue masih di kantor. bukan, bukan melakukan kerjaan koq. Tapi karena hujan, banjir dna macet masih terjadi di jalan-jalan yang menjadi akses gue untuk pulang. Cuaca memang sedang aneh sekali. Sebulan lalu panasnya seperti menandakan musim kering akan cepat datang. Tapi beberapa minggu yang lalu hujan juga muncul di sela-sela panas. Pagi dan siang bisa yang terik sekali , eh sorenya mendung dan hujan. Kemaren pun demikian. Hujan mulai turun sore hari hingga malam. Akibatnya banjir di sekitar kantor. Ternyata hujan yang rata itu mengakibatkan banjir tidak surut hingga tadi pagi. Apesnya, siang tadi hujan kembali turun deras dan lama hingga kembali banjir. Dari kabar teman dan kabar-kabar di jejaring sosial, banyak jalanan yang tergenang banjir dan kemacetan yang sangat parah. Salah satunya di jalan yang menuju rumah gue. Pun di sekitar kantor banjir juga. Gue malas untuk menerobos banjir. Jadi gue putuskan menginap saja.

Gue merasa seperti anak tiri di sebuah keluarga. Gue merasa seperti anak sulung yang selalu kesusahan sementara adik-adik gue mendapat perlakuan menyenangkan dari orang tua. Dulu gue selalu berusaha datang pagi meski gue kesiangan. Entah itu naik ojek dari rumah atau naik ojek dari blok m. Iya, dulu kalau gue baru sampai di blok m jam 9, gue melanjutkan perjalana ke kantor dengan ojek.

Dulu, kalau mau event, gue yang mencetak POSM di tempat digital printing. Gak tanggung-tanggung, lokasinya di sekitar Pasar Senen. Gue ke sana naik ojek. Gue ingat, gue pernah ngantuk di atas ojek saat perjalana menuju sana. Hampir gue jatuh ke belakang. Setelah POSM selesai (standing banner) , kalau dirasa sanggup, gue akan bawa kembali ke kantor dengan ojek lagi. Gue pernah menggedor-gedor tempat digital printing di malam hari untuk membangunkan mereka karena gue akan mengambil hasil cetakan.

Dari dulu gue tidak pernah mendapat suasana ruangan yang nyaman untuk gue bekerja. Pertama kali datang gue memang ditempat di satu ruangan khusus berpintu. Tapi gak lama kemudian gue dioper ke ruang besar bersama yang lain. Kalau yang lain sedang tidak ada kerjaan, yah mereka gaduh sendiri tanpa memperhatikan gue yang sedang berusaha berpikir menguras ide. Sekarang pun meski gue ditempatkan di ruang kusus tapi tanpa pintu dan berisi 6 orang.

Awal kerja itu gue gak ngeri sama sekali perkara cuti. Tidka ada HRD yang menjelaskan hal itu ke gue. Lalu beberapa tahun kemudian gue mulai paham hak-hak cuti gue. Tapi itu pun gue ambil juga sedikit-sedikit. Paling banyak menjelang Lebaran. Cuti selama 1 minggu (diluar cuti menjelang Lebaran) pun gue ambil baru 1 kali. Jangan tanya cuti 1 bulan deh. Sama sekali belum pernah. Tidak pernah minta. Tidak pernah ditawarkan.

Jadi gue hanya bisa mengelus dada menyaksikan anak baru yang kost di dekat rumah tapi baru datang ke kantor jam 10.30. Cuma bisa senyum-senyum ketika perkara memprint kartu bisa diserahkan ke tukang ojek. Miris melihat designer yang tidak mengerti cara mencetak di tempat digital. Designer tidak bis amembuat mock up. Cuma bisa melengos melihat jabatan lain bis amendapat ruang yang tertutup rapi. Bahkan sekarang mejanya membelakangi tembok. Entah di monitornya terpampang kerjaan atau game online. Dan gue cuma bisa bergumam dalam hati "koq boleh?" begitu mengetahui ada yang mendapat kesempatan cuti selama 1 bulan.

Gue ingat, dulu, ada karyawan kantor yang mengomentari gue sebagai "Anak Emas" perusahaan ini. Yeah right.

Comments

Popular Posts