Party, Realita and November
Cukup Sibuk. Setelah kemarin menginap di kantor kembali. Sekarang pun masih di kantor. Tapi baru saja pulang balik dari potong rambur di The Hoek, barbershop favorite gue. Padahal 2 minggu lalu gue baru saja potong rambur di tempat lain. Karena di tempat lain itu lah gue menyesalinya. Salah potong. Seharusnya rambur di bagian depan kepala gue dibiarkan saja tanpa harus dipotong. Yah, itulah akibatnya kalau potong rambut karena iseng, tertarik dengan tempat yang bagus dan kerena lama nunggu orang.
Lalu bengong.
Dua temen gue yang tadi berbarengan pergi potong rambut pergi keluar makan bakso. Tinggal gue di dalam kantor ditemani seorang OB. Malas juga melihat kembali pekerjaan. Memeriksa pekerjaan mestinya.
Oktober akan berakhir dalam hitungan jam. Menyambut November. Sebentar lagi tahun 2012 habis. Padahal sepertinya baru saja memasuki tahun ini dengan begitu banyak pengharapan.
Sahabat SMA gue akan ke Singapore Januari tahun 2013. Dia sudah membeli tiket. Gue diajak. Dan gue menolaknya dengan sangat berat. Lalu kemudian, Minggu lalu gue sempat diajak kembali. Sempat ditawari pinjaman untuk beli tiket. Mau sih. It will gonna fun, i think. Mampukah? Bisakah? Desember pun gue tergoda untuk menghadiri salah satu rave party terbesar di Jakarta. Djakarta Warehouse Project. Dengan harga masih presale dan lokais yang masih bersahabat, di Senayan. I'm craving for true party now.
Menimbang-nimbang lagi.
Saat menunggu giliran di barber shop tadi gue membalik-balik majalah Esquire Indonesia edisi Juni 2012. Ada artikel best dress man 2012. Ajang pemilihan pria dengan busana terbaik. Ada 2 orang yang lumayan gue kenal via jejaring sosial. They younger than me tapi dengan jabatan yang tinggi.
Kemudian membuka account LinkedIn gue.
Jabatan: Art Director TM Creative Communication, Jakarta. Ciyus? Miapah?Dan gue sering merasa Art Director itu terlalu berat untuk gue sandang. Gue lebih suka menyebut diri gue Designer. Entah gue mendesign POSM, mendesign booth, mendesign stage, mendesign event, mendesign pie, mendesign baju, dan lainnya. Dan kenapa sampai sekarang gue masih stuck di sini ? Art Director my ass.
But you are still my Art.
Lalu bengong.
Dua temen gue yang tadi berbarengan pergi potong rambut pergi keluar makan bakso. Tinggal gue di dalam kantor ditemani seorang OB. Malas juga melihat kembali pekerjaan. Memeriksa pekerjaan mestinya.
Oktober akan berakhir dalam hitungan jam. Menyambut November. Sebentar lagi tahun 2012 habis. Padahal sepertinya baru saja memasuki tahun ini dengan begitu banyak pengharapan.
Sahabat SMA gue akan ke Singapore Januari tahun 2013. Dia sudah membeli tiket. Gue diajak. Dan gue menolaknya dengan sangat berat. Lalu kemudian, Minggu lalu gue sempat diajak kembali. Sempat ditawari pinjaman untuk beli tiket. Mau sih. It will gonna fun, i think. Mampukah? Bisakah? Desember pun gue tergoda untuk menghadiri salah satu rave party terbesar di Jakarta. Djakarta Warehouse Project. Dengan harga masih presale dan lokais yang masih bersahabat, di Senayan. I'm craving for true party now.
Menimbang-nimbang lagi.
Saat menunggu giliran di barber shop tadi gue membalik-balik majalah Esquire Indonesia edisi Juni 2012. Ada artikel best dress man 2012. Ajang pemilihan pria dengan busana terbaik. Ada 2 orang yang lumayan gue kenal via jejaring sosial. They younger than me tapi dengan jabatan yang tinggi.
Kemudian membuka account LinkedIn gue.
Jabatan: Art Director TM Creative Communication, Jakarta. Ciyus? Miapah?Dan gue sering merasa Art Director itu terlalu berat untuk gue sandang. Gue lebih suka menyebut diri gue Designer. Entah gue mendesign POSM, mendesign booth, mendesign stage, mendesign event, mendesign pie, mendesign baju, dan lainnya. Dan kenapa sampai sekarang gue masih stuck di sini ? Art Director my ass.
But you are still my Art.
Comments