Idul Adha, Idle Cinta
Perasaan gak menentu itu datang terus.
Dalam minggu ini gue bisa pulang cepat. Tololnya justru gue males pulang cepat. Macet. Gue sudah etrbiasa pulang malam dan naik taxid engan kecepatan maximal yang bisa dilakukan sebuah mobil di Jakarta yang tidak bisa dilakukan di siang maupun sore hari. Kalau berangkat pun gue sudah terbiasa naik bus kembali. Karena sekarang kalaupun gue jalan jam 8 pagi dari rumah pun sampai kantor paling telat jam 9.45. Sebenarnya cukup menyenangkan bepergian dengan angkutan umum. Bertemu dengan banyak orang. Dapat memamerkan baju baru kita hahahah. CUma saja belakangan cuaca sangat panas. Dan jujur saja, fisik gue sudah tidak kuat lagi. Berasa jompo kalau jalan ke depan saja berasa ngos - ngosan.
Kamis kemarin pun gue sebenarnya bisa pulang cepat juga. Tapi dari twitter ada kabar jakarta macet semacet - macetnya. Ya iyalah, tanggal muda, awal dari long weekend. Beberapa anak pun enggan pulang. Mereka di kantor mengerjakan tugas, atau main games atau seperti gue nonton dvd, sambil membuka sebotol Bakardi.
Jam 10 gue memutuskan pulang. Gue jalan ke depan hingga jalan raya Mampang. MAsih ramai. Tidak nampak taxi yang layak naik yang sedang dalam keadaan kosong. Akhirnya gue putuskan naik bus ke blok M. Di Blok M sudah sepi. Maksud hati naik taxi dari bulungan akan tetapi taxi yang biasa mangkal di situ tidak banyak. Beberapa sudah diambil duluan oleh calon penumpang. Ada beberapa dengan Brand yang tidak ramah service. Blok M plasa sudah tutup. Yang ramai hanya KFC, Sevel dan pedagang pinggir jalan di Mahakam. Dan gue tidak kunjung mendapatkan taxi kosong. AKhirnya ada 1 metro mini 69 melintas. Kosong. AKhirnya gue naik bus menuju rumah. Dan saat itu pun gue bersyukur tidak menemukan taxi kosong untuk pulang. Sudah lewat jam 10 malam, jalanan menuju rumah masih saja macet. Entah berapa argo jika gue naik taxi. Entah berapa kali supir taxi akan mengeluh sepanjang perjalanan.
Perjalan gue lanjutkan dengan naik ojek menuju rumah. Sialnya, karena sudah lewat jam 11, jalan di Merpati Raya sudah ditutup. Kalau mau masuk harus lewat jalan Nuri yang jaraknya 200 meter lagi. Tadinya gue mau suruh ojek gue menuju jalan Nuri tapi liat Indomaret sudah buka dan teringat rencana gue untuk masak kue , akhirnya gue berenti untuk berbelanja. Dan melanjutkan perjalan ke rumah dengan ebrjalan kaki sambil menenteng belanjaan.
Jumat dini hari gue terbangun beberapa kali. Sudah ebberapa hari juga gue sering begitu. Mungkin karena effect badan gue yang masih pegal akibat mulai fitness lagi hari Minggu lalu. Subuh gue juga terbangun. Dans ehabis itu pun gue tidak bisa tidur lagi. Akhirnya gue memutuskan sholat Ied. Ingat pas Lebaran lalu pun gue tidak sholat Ied karena sakit. Jam 6.30 gue bergegas ke masjid. Gue menuju masjid Al - Muhajirin di komplex seberang rumah gue. Jauh memang tapi bagi gue sensasi sholat Ied adalah sholat di lapangan terbuka. Jalanan sepi. Tapi takbir masih berkumandang yang berarti sholat belum di mulai. Mungkin sepi karena animo peserta sholat Idul Adha jauh lebih sedikit ketimbang Idul Fitri.
Saat sedang berjalan cepat menuju mesjid, saat sudah 3/4 perjalanan, tiba-tiba sendal gue putus. Bukan sendal jepit tapi sendal casual. Sendal itu sudah lama gue punya dan jarang dipakai dan gue jarang memeprhatikan kondisinya. Dari luar nampak kokh tapi ternyata penutup kakinya yang diselipkan ke dalam tapak sendal lepas. Mungkin lemnya sudah tidak kuat lagi. Mau balik lagi ke rumah takut telat. Akhirnya gue mamaksakan jalan dengan menjepit sendal menggunakan jari-jari kaki. LAngkah kaki gue yang awlanya seperti para pekerja di jalanan kota New York, seperti model- model yang berjalan di runway Milan Fashion Week, tiba-tiba berubah menjadi seperti hantu susuter ngesot.
Sepulang sholat Ied gue pun tidak bisa tidur lagi. Akhirnya gue memutuskan memulai membuat kue. Gue berencana membuat Pudding Bread dan Pie Susu. Cetakan alumunium foil sudah gue beli hari Minggu lalu sepulang fitness di Bintaro Plasa. Jadi gue ingin mencoba dengan cetakan baru, lebih kecil dan lebih ringan. Puding roti 1 adonan dapat dibagi menjadi 3 cetakan. Sementara pie susu dapat dibagi menjadi 2 cetakan. Keduanya berjalan dengan cukup baik. Puding rotinya lembut dan pie susunya tidak amis dan tidak gosong. Atasnya gue taburi dengan buah kaleng.
Setelah sholat Ied di pagi hari, masa 2 kue, dan sehari sebelumnya menempuh perjalanan pulang yang melelahkan, badan ini akhirnya tepat juga. Hujan kecil membuat tidur semakin nyenyak.
Tapi rasa sepi itu datang lagi. Rasa cemburu itu merayap lagi.
Comments