84th Annual Academy Awards...Oscar untuk Seniman Berdedikasi

Akhirnya piala – piala Oscar itu sudah dibagikan ke beberapa nominator tadi pagi waktu Indonesia bagian barat atau Minggu sore waktu America. Beberapa film yang sudah mendapat nominasi sudah gue tulis di dua blog yang lalu. Setelah beberapa kali berganti pemandu acara, kini Academy kembali mempercayai Billy Crystal sebagai pemandu acaranya. Ini adalah penampilan Billy yang ke 9 kalinya. Tidak banyak kejutan dari daftar pemenang untuk category actor. Masing-masing sudah mendapatkan penghargaan lain diluar Oscar. Meryl Streep memang kandidat terkuat saat ini. Ini adalah nominasinya yang ke 17. Dan mungkin Academy merasa sudah sepatutnya dia mendapat kembali oscarnya. Meski Viola Davis juga merupakan lawan yang tangguh. Orang berharap dia menjadi wanita kulit hitam kedua yang memeproleh piala Oscar sebagai leading actress setelah Hally Berry dalam film monster’s ball. 

Untuk kategori leading actor George Clooney harus mengalah kepada Jean Dujardin di film The Artist. Meski hanya ada 2 kalimat yang dia ucapkan di film tapi Jean berhasil menghanyutkan para penonton untuk bersimpati kepada karakter George Valentin. Sementara di kategori best supporting actor dan actress pemenang sudahlah mutlak menjadi milik Christopher Plummer di film The Beginners dan Octavia Spencer untuk film The Help. Keduanya selalu mendapat penghargaan untuk kategori  yang sama di beberapa awards. 

Yang cukup mengejutkan adalah Hugo yang memperoleh cukup banyak Oscar untuk kategori technical dengan 5 oscar. Nyaris saja orang mengira film ini yang akan memperoleh gelar film terbaik. Tapi akhirnya The artist lah yang berhasil memperoleh gelar itu. Total piala yang diperoleh oleh The Artist adalah 5 oscar. Kategori yang memjadi terbaik dari film The Artist adalah best picture, best director, best actor in leading role, best costum design dan best music. 

Kembalinya Billy Cristal, kemenangan kembali Meryl dan kisah film bisu The Artist sepertinya sudah menjadi tema untuk penghargaan Oscar tahun ini. Dedikasi terhadap dunia perfilman. Apalagi jika melihat design panggung yang menyerupai tampilan depan gedung bioskop dan beberapa usher yang berlalu lalang di saat jeda iklan membawakan pop corn yang ditawarkan kepada para penonton. 

Bukannya mendewakan Hollywood. Tapi gue sendiri merasa kagum melihat apa yang terjadi di sana. Menjadi seniman filma dalah sebuah kebanggan tersendiri. Sebuah profesi yang dihormati. Menjadi tumpuan dan pilihan untuk hidup. Hal yang masihs ulit terjadi di sini. Di Negara yang masih selalu berkembang ini ditambah lagi penyakit-penyakit masyarakat lainnya, menjadi seniman tidak lebih dari sekedar olok-olokan di meja makan. PAdahal perfilman Indonesia tidak kalah bagus dengan Hollywood. Dari sebelum jaman kemerdekaan Indonesia sudah menghasilkan banyak film. TApi entah kenapa, apa yang sudah dilakukan oleh pendahulu kita itu tidak berkembang hingga kini. Apakah sebatas kekurangan dana? Kita memang sedang dilanda krisi moneter yang berkepanjangan. Kelesuan film Indonesia sangat terasa di awal tahu 1990an. Kemudian masuklah era televise dengan tumbuhnya sinetron. Akan tetapi sinetron sangat jauh di bawah kualitas perfilman. Segala yang terjadi di Snetron instan belaka.  PEdagang toko kelontong ikut menyamar menjadi seniman film, sehingga yang mereka pikirkan hanyalah keuntungan semata. Makal lahirlah film-film horror dan erotica murahan.  DIlain pihak banyak pihak yang bertindak sebagai polisi norma. MElahirkan peraturan yang jauh dari mendukung kebebasan berekspresi. Jadi para seniman cerita takut menuliskan apa yang menjadi isi kepala mereka untuk dituangkan menjadi scenario. Kita jauh tertinggal dari Iran yang filmnya tahun ini memperoleh Oscar untuk film berbahasa asing terbaik, Seperation. Thailand? Kita dibanjiri film-film komedi mereka tahun ini.  Jangan sebut India, karena kita di mata kaki mereka.

Comments

Popular Posts