Inferno
Dua minggu yang lalu sahabat gue kehilangan Bapaknya. Almarhum meninggal terkena serangan jantung ketika sedang mengendarai motor di malam hari. Seminggu yang lalu Bapak dari salah satu sahabat gue tidak sadarkan diri karena terkena serangan jantung juga. MEski kini sudha sadar tapi lumpuh di sekitar wajah sehingga harus menjalani serangkaian terapi.
Gue kembali melanjutkan membaca Inferno. Sebuah novel karya Dan Brown. Buku itu gue beli tahun lalu dan sampao sekarang belum ada setengahnya yang gue baca. Seperti buku -buku karya Dan Brown lainnya, Inferno ini berisi misteri konspirasi yang digabungkan dengan fakta-fakta sejarah dan karya-karya ilmiah dan seni dari para seniman dunia. Kali ini buku seputar karya Dante Aloghiere, The Divine Comedy. Ada seorang ilmuan yang terobsesi dengan buku ini yang prihatin akan pesatnya laju polulasi manusia di bumi ini. Dari hitungan statistik, laju pertumbuhan kelahiran tidak sebanding dengan sumber daya yang disediakan oleh bumi ini. Sehingga nantinya akan terjadi "kiamat". Teori ilmuan gila ini satu-satunya cara adalah dengan melakukan pembunuhan masal. Contoh dari penerapan teori ini adalah wabah Hitam yang membunuh sekitar 200 juta manusia di eropa sekitaran tahun 1346-1353. Setelah terserang wabah hitam itu munculah jaman renaisance. Dia melihat selama ini justru yang dilakukan oleh manusia adalah sangat bertentangan. Research untuk mencari obat penyembuh penyakit-penyakit dianggap justru semakin memperparah populasi.
Sebuah ide yang gila dan tidak berperi kemanusiaan. Tap sebersit gue menganggap ada benarnya juga. Ketika melihat anak-anak kecil yang tidak terurus di jalanan. Ketika melihat beberapa orang mengeluh kewalahan dengan biaya hidup anak mereka. Gue menanyakan bagaimana cara pikir mereka sehingga bisa memutuskan untuk mempunyai anak. Tidak satu, tidak dua, bahkan 3 atau lebih. Sementara mereka sadar sepenuhnya bahwa penghasilan mereka tidak sebanding lurus dengan naiknya biaya hidup. Anak-anak kecil saat ini dilahirkan dari rahim ibu yang sebaya dengan gue. Yang tentunya saat sekolah dulu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya program Keluarga Berencana. Apakah program itu yang didengung-dengungkan secara paksa oleh orde baru sudah hilang begitu saja dari ingatan?
Kadang jika melihat segerombolan orang melakukan kegiatan yang bodoh, tanpa otak, gue berpikir, hmmm...enaknya dilemparin bom saja ke arah mereka. Extrem banget emang pemikiran gue apalagi jika sedang emosi.
Comments