Our Disco Need Us
Sekali lagi, waktu berjalan sangat cepat. Tidak terasa sudah masuk bulan February 2015. Padahal sepertinya baru saja kemarin tiup terompet tahun baru. Oh well, tapi sepertinya bagi gue tahun baru itu baru dimulai akhir bulan January kemarin. Bagaimana tidak, disaat anak-anak lain menikmati libur akhir tahun , gue masih masuk beberapa hari untuk mengurusi event di Bali. Gak terhitung berapa kali gue nginap di kantor. Lembur. Ini adalah event yang pertama kalinya gue banyak terjun ke dalamnya. Mulai dari konsep, persiapan hingga eksekusi. Stress bercampur fun dan pengalaman-pengalaman baru. Shooting di roof top salah satu gedung tinggi di Jakarta, begadang hingga sunrise di percetakan di Bali menjadi salah satu hilightnya. Untuk pertama kalinya juga gue merasa "akrab" bener dengan client. Skaing akrabnya hingga bisa tahu drama apa yang sedang terjadi di dalamnya. Drama itu lah yang membuat gue sebenarnya memaklumi beberapa kelakuan aneh cleint-client itu. Meski semuanya berakhir dengan anticlimax. Semua letih, Semua emosi. Satu kesalahan kecil.
January menjelang imlek memang ditakdirkan untuk hujan terus -menerus. Gue berkali - klai gagal lari. Pernah sekali lari, setelah 3 minggu absen. Hasilnya, gue cuma kuat berlari 3 km. Padahal sepatu larinya sudah diupgrade hiks. Gantinya berlari adalah disco. Aktivity yang sebenarnya ingin gue tinggalkan, kalau gak penting-penting banget. Dan gue punya kepentingan untuk membakar kalori dan meluapkan emosi gue. Jadilah gue dan beberapa teman-teman baru menuju tempat disco. Tempat disco ini terakhir gue kunjungi sekitar tahun 2013 kalau gak salah. Iya, memang sudah lama sekali. Gak banyak berubah. Cuma harga masuk yang naik dan toilet semakin luas. Gak perlu mabok untuk menikmati disco jika bersama banyak teman, right?
Pulang jam 4 pagi.
Tidak disangka disco itu mejadi pertemuan terakhir dengan salah satu teman baru. Baru juga bertemu sudah harus berpisah. Teman kecil kami itu, diketahui jati dirinya oleh keluarganya. Berkat kekepoan sang tante. (gosh, ada apa dengan tante-tante di Indonesia sih?) Alhasil, dia tidak boleh bertemu kami lagi. Bahkan tidak boleh bertemu siapa pun. Kalau mau jalan-jalan harus dikawal sang tante. Seberapa kecil sih teman kita ini? Awal 20an koq, Sudah memiliki pekerjaan sendiri. Tapi tetap dia kan tinggal di Indonesia.
Awards season sedang berlangsung. Oscar sebentar lagi. Nominasinya sudah diumumkan beberap minggu lalu. Untuk best picture nominasinya adalah American Sniper, Birdman, Boyhood, The Grand Budapest Hotel, The Imitation Game, Selma, The Theory of Everything dan Whiplash. Beberapa sudah gue tonton, termasuk The Imitation Game. Sebuah film tentang Alan Tuning, seorang ilmuan matematika yang saat perang dunia ke 2 dia diminta pemerintahan Inggris untuk memecahkan kode rahasia tentara Jerman. Kode rahasia itu berubah setiap harinya. Bersama teman-temannya dia memimpin project tersebut dengan menciptakan sebuah mesin yang dia percaya dapat memecahkan kode rahasia tersebut. Perjuangannya tidak sia-sia. Kode rahasia tentara Jerman berhasil dipecahkan. Dengan terpcahkannya kode rahasia tersebut, banyak rencana serangan tentara Jerman yang dapat dihindari. Demikian juga korban manusia. Akhirnya Jerman dapat dikalahkan.
Penguakan kode rahasia itu diiringi penguakan rahasia Alan Tuning Sendiri. Sebuah rahasia yang membuat dia ditangkap pemerintahan Inggris dan dihukum dengan diharuskan menjalankan terapi hormon, atau dia dipenjara. Enam belas hari menjelang ulang tahunnya yang ke 42, Alan Tuning melakukan bunuh diri. Pemerintahan Inggris baru melakukan permintaan maaf resmi atas tindakan tersebut pada tahun 2013. Waktu yang cukup lama.
Memasuki bulan February. Menajdi awla tahun bagi gue. Bagi mental gue. Masih lelah. Tapi memang perjuangan masih berlanjut. Bisa semakin berat. Karena apa yang sudah dicapai di akhir tahun memang belum seberapa. Semoga bukan ini gue mendapatkan semangat kembali.
Welcome FABruary.
Comments