2014 running fast #BAJAKJKT

2
February 2014, saat libur tahun baru Imlek. Seorang teman mengajak hangout di fx sore hari. Gue menyanggupi. Ternyata selain untuk ngopi-ngopi, dia berencana lari sore di GBK bersama teman-temannya. Meski gue tidak memakai perlengkapan lari, sat itu gue mengutarakan keinginan untuk bergabung lari. Sebelumnya gue keliling fx mencari celana pendek. Dapatlah sebuah celana pendek yang murah. Bukan celana lari.

Gue berlari layaknya seorang pelari pemula. Lari sekuat tenaga dengan kecepatan tinggi. Merasa masih muda. Teringat betapa mudahnya dulu berlari saat SMA. Hasilnya? BAru 1 putaran napas gue sudah ngos-ngosan. Parah. Berhenti sejenak. Kemudian melanjutkan lari. Baru 50 meter sudah berhenti lagi. Lari lagi, berhenti lagi. Hingga akhinrya sisa putaran kedua gue habiskan dengan berjalan. Napas ngos-ngosan. Keringat melimpah membasahi kaos gue. Ok gue semakin renta.

Nungguin bokap selama 4 hari di rumah sakit. Melihat beliau terkapar tanpa daya. Membuat gue semakin sadar akan artinya hidup sehat. Gue baru 36 tapi lari 2 kali lapangan bola saja sudah hampir pingsan. Padahal banyak orang yang lebih tua daripada gue bisa menjalanainya dengan tampil lebih bugar. Gue pernah fitness beberapa tahun yang lalu. Berhenti karena sekali lagi waktu yang susah didapat. Mahal pula. Melihat fenomena banyaknya orang yang lari membuat gue tertarik untuk mencoba. Apalagi banyak teman yang juga mau ikut berlari. 

Sejak saat itu gue rutin berlari seminggu sekali. Waktu yang gue pilih kalau enggak Minggu pagi saat CFD atau minggu sore di GBK. Kadang sabtu sore atau sepulang kerja jam 7 malam di GBK. Mulai dengan lari menggunakan sepatu converse casual, hingga gue memutuskan membeli sepatu khusu lari. Yang murah aja dulu. Kemudian celana lari dan kaos khusus lari. Satu putaran GBK itu sama dengan 1 Km. Gue sudah bisa berlari sepanjang 2 km tanpa berhenti. Untuk kemudian melanjutkan 3 Km berikutnya. Awalnya gue merasakan sakit di betis dan pergelangan kaki sehabis berlali. Tapi lambat laun rasa sakit itu hilang hingga gue tidak merasakan sakit lagi setelah berlari. 

5
Jarak tempuh gue bertambah menjadi 5 Km. Tidak gampang memang. Tapi gue nekad mengikuti lomba lari pertama gue. I Run With Heart 5 K. Lomba dilakukan pada hari Minggu pagi. Start jam 7. Dari rumah sudah jalan jam 5 pagi. Pesertanya dari segala umur. Udara jakarta di pagi hari cukup segar ternyata, apalagi saat itu mendung. Meski begitu tidak bisa menutupi kelelahan gue. Apalagi menjelang km ke 4 hingga garis finish. Jarak tempuh gue adalah sekitar 40 menit. Dan gue masih berhak memperoleh medali finisher, Sejak saat itu gue rutin lari seminggu sekali sepanjang 5 km. Akan tetapi cidera memang tidak dapat dihindari.

Saat itu hari minggu pagi. Gue tidak lari di Sudirman melainkan di GBK. GBK pad ahari minggu sangatlah ramai. Mengejutkan memang bahwa animo warga jakarta untuk berolahraga di pagi hari khususnya minggu cukup tinggi. Tidak hanya anak muda, tapi juga orang tua dan anak-anak. Tapi saking ramainya gue tidak bisa lancar berlari, Jadinya gue harus berlari zig-zag demi menghindari orang yang berjalan. Akan tetapi karena zig zag itu maka dengkul dan sekitarnya pada kaki sebelah kiri seperti cidera. Atau uratnya kejepit atau apalah. Awalnya gue kira sakit biasa. Tapi ternyata sakit sekali . Hingga gue memutuskan berhenti. Keesokan harinya rasa sakit itu hilang. Lalu kemudian minggu berikutnya gue coba lari kembali. Tapi pada km ke 3 rasa sakit itu kembali muncul dan tidak reda. Gue memutuskan mencari pertolongan. Gue pergi ke fisioterapi di depan RS Pertamina. Di sana gue diperiksa dan melakukan terapi. Gue harus melakukan terapi 2 kali kunjungan dan istirahatd ari berlari selama 2 minggu.

Selain merakukan terapi, gue juga memakai penyangga dengkul yang gue beli di apotik. Lari pertama selepas istirahat adalah lomba lari Electro Run. Larinya malam hari sekitaran senayan. Alhamdulillah kaki gue baik-baik saja selama lomba. Tidak ada catatan waktu. Lomba larinya memang buat fun saja. Bahkan banyak yang jalan kaki :p.




10
Tanpa sadar kegiatan lari yang meski 1 minggu sekali tapi rutin ini membawa hasil. Berat badan gue stabil di 65 kg. Biasanya berta badan gue bisa mencapat 68 kg. MEski begitu beberap lomba lari gagal gue ikuti. Kegiatan di kantor semakin banyak. Meski begitu gue tetap berlari. Kali ini gue menambahkan jarak tempuhnya. Target mengikuti lomba lari 10K. Awalnya seperti mustahil untuk bisa berlari sepanjang 10 km. Tapi gue coba juga. Kata beberapa teman yang pelari, yang harus dilakukan adalah lari sepelan mungkin dan sesantai mungkin tapi konstan. OK gue coba. Dengan metode itu gue bisa berlari 5 km pertama tanpa henti. Berangsur gue melanjutkan ke km ke 6 dan 7. Mulai berjalan sebentar di km ke 7. Godaan lari pelan adalah ingin berhenti. Belum lari napas yang ngos-ngosan dan tangan yang sakit. Biasanya di bagian bahu. Akhinrya gue berhasil menempuh jarak lari 10k. Berarti 10 kali keliling GBK atau kira-kira dari fx - HI - fx lgi Tapi tidak setiap lari gue menempuh 10K. Ada kalanya setelah sampai di bundaran HI gue berjalan hingga seratus meter. Panas Jakarta di pagi hari membuat lemes.

Akhinrya gue memberanikan diri mendaftar lomba lari 10k. #BAJAKJKT 2014.

Gue mempersiapkan diri semaksimal termasuk mengajukan cuti di hari sabtu. Pengalaman seorang teman gagal nonton konser karena harus ikut shooting sabtu dari pagi hingga jam 10 malam. Alhamdulillah seminggu sebelum lari tidak banyak kerjaan yang menyita waktu. Hanya DWP 1 malam saja yang sempat gue hadiri di jumat malam. Sabtu siang gue sempat mingran. menyebalkan. Bahkan sampai di lokasi pun saat berbaris menunggu Srat mulai gue masih merasakan sakit kepala. Napas sesak karena pengapnya udara oleh banyaknya peserta. Lautan kuning membanjiri lapangan banteng. Yang gue pelajari, selain kekuatan fisik, yang harus dipersiapkan sebelum berlari adalah mengolah pernapasan dengan baik. Usahakan tenang.

Selepas menyanyikan Indonesia Raya garis Start dibuka. Entah kenapa saat menyanyikan lagu Indonesia Raya gue sempat menangis. Melankolis sekali. Ketika semua mulai berlari meski pelan. Disekiling gue semua memakai seragam kuning.  Yang terdengar hanya hentakan sepatu di atas aspal yang silih berganti menimbulkan suara beritme tersendiri. Bberapa mengabadikan diri mereka sendiri dengan camera. Yang lain fokus berlari, termasuk gue. Mulai pelan saja nas, toh jalanan masih padat.

Tema tahun ini adalah Me Vs. JKT. Pelari melawan mcatnya jakaarta, motor, bajaj, orang-orang galak. Dan semua itu memang terjadi. Entah karena memang eventnya pas sore, bukan saat CFD atau karena disengaja, jalur yang dilalui pelari tidak 100% steril dari kendaraan. Jalur yang kami lalui misalnya melaluis ebuah perempata. Nah kendaraan yang akan lewat dari kedua sisi diberhentikan oleh polisi hingga menyebabkan macet total di mana-mana. Saat gue lalui beberapa sudah mulai kesal dengan emmbunyikan klakson. Entah apa yang ada di benak mereka yah. Mungkin gue egois tapi mereka tidak kalah egois. Mereka toh di dalam mobil. Ya matikan saja mesinnya dan duduk anteng di dalam. Demikin juga dengan pengendara motor, ketimbang selangkanagan mereka kepanasan dan membuat mandul mbok ya matikan mesin dan bersabar selama 1 jam. Atau tidak usah lewat saja sekalian. Hari sabtu, mau kemana sih? Capek duduk di atas motor? Gimana kalau mencoba untuk ikut lari seperti kami? Berani?

Capek pasti gue rasakan. Tpi somehow berbeda sekali ketika gue lari sendirian di CFD. Ketika kaki gue sudah begitu lambat untuk berlari, napas sudah tersengal-sengal parah, ada saja yang menyemangati gue. Entah dari panitia yang berdiri di sepanjang jalur atau dari peserta lainnya. Ketika mendengar teriakan mereka semangat gue kembali bertambah. Kemudian mempercepat lari gue. Demikian juga dnegan warga=warga yang berada di sepanjang jalur lari. Mereka berdiri di sepanjang jalan menyemangati kami. "Ayoo...100 meter ada air minum...!!! begitu teriak menereka menjelak tempat perhentian minum. Total ada 3 perhentian minum. Ibu-ibu, Bapak-bapak. anak - anak kecil berdiri dan menyemangati kami. Merasa sangat dihargai oleh mereka ketimbang para pengendara motor. Mungkin mereka juga jenuh setiap saat mendengar kendaraan motor meraung2 melintasi jalan di depan rumah mereka. Adalah suasana baru ketika yang terdengar adalah derap langkah kaki yang mencoba berlari sekuat tenaga mendekati finish.

FILOSOFI LARI

Ketika kaki berlari dengan cepat, gue pun harus waspada. Sadar diri. Merasa ada ayng salah dengan kaki, sedikit saja terasa nyeri, gue harus memperlambat lari gue. Saat gue sudah terlalu lambat berlari , membuat langkah gue gontai, derap langkah tidak teratur, bis amembuat kaki keseleo, sat itu pun gue harus sadar diri dan kembali berlari dengan kecepatan yang pas denga irama ehntakan kaki yang pas sehingga gue tidak cidera. Intinya adalah fokus dan pengendalian diri. Kalau dipaksakan berlari kencang, bisa cepat sampai tapi bisa cidera dan tidak bisa sampai finish. Sementara kalau terlalu lambat, resiko cidera dapat dihindara tapi akan lama sampai di Finish. Dalam lomba ini, jika kita tertinggal jauh, maka polisi tidak sanggup meredam desakatn kendaraan bermotor. Jalan dibuka. Dan kalian berlari diantara kendaraan bermotor. Tragis.

Ketika berlari, finish di depan serasa jauh sekali. 5 Km, 10 Km. Gue mencoba tidak memikirkan itu. Mencoba tidak melihat jauh ke depan dengan membayangkan hal-hal yang belum terjadi. Tidak ada pikiran akan pingsan, akan jatuh atau apalah. Semua itu belum terjadi. Lari saja. Ketika letih menyerang di tengah, rasa ingin menyerah. Rasa ingin berhenti. rasa ingin kembali balik ke Start.Jangan. Lari aja terus. Terus lari karena begitu elo berlalri melewati garis Start, itu adalah komitmen elo untuk sampai ke finish. Meski harus terseok-seok. Pokoknya sampai ke finish. Toh akhirnya salah satu temen gue yang baru cidera punggung beberapa bulan lalu tetap meneruskan lomba hingga finish meski dia harus berlalri berdampingan dnegan motor. Demikian juga dnega sahabat lari gue yang kakinya datar. Gue gak tau bagaimana rasanya tapi yang jelas pasti sakit banget meski sudah memakai sepatu khusus. Tapid engan tekat yang tinggi akhirnya dia pun sampai di garis finish.

Finish akhirnya di depan mata. Masih memperoleh medali finisher dan minum serta 2 buah pisang. Lelah sangat tapi puas. Kepuasan terpancar dari semua peserta yang gue temui. Mereka duduk di rumput. Untuk gue, saking capeknya, tidka hanya duduk, tapi tiduran. Persetan dengan kotor. Puas memandangi medali baru. Puas dnegan 10K yang sudah gue capai. Puas menaklukan Jakarta. Puas menaklukan diri sendiri. Pencapaian 2014. Beberapa hari gue lihat hasil lomba, ternyata waktu yan ggue tempuh adalah 1 jam 11 menit. Sedikti lagi mencapai target 1 jam yang sebelumnya gue pasang. Ah biar lah, itu pun sudah jauh lumayan.

Next year...Half marathon atau lomba lari di luar negeri lucuk kali yah

Happy new year guys


Comments

Popular Posts