Catatan Harian Si Boy

 Hari Jumat 1 July, setelah pulang dari mengunjungi Bobo Fair yang tidak terlalu mempesona lagi , gue dan 2 teman kantor memutuskan untuk nonton film Catatan Harian Si Boy yang premiere hari itu. Beberapa hari sebelumnya saat first screening untuk kalangan terbatas banyak yang bilang baus. Tapi curiga itu hanya buzz saja sebagai promosi. Tapi rasa penasaran itu semakin besar, apalagi si Boy sendiri masih diperankan oleh Onky Alexander.
Kita pergi ke PIM 21. Datang jam 7 kurang, mengejutkan untuk pertunjukan 7.15 theater sudah hampir penuh. Jadinya kita beli untuk pertunjukan jam 9. Itu pun sudah terisi 40%.  MEski theater yang dipakai termasuk theater yang kecil.
Adegan dimulai dengan dua peristiwa yang berbeda yang mempertemukan dua orang di sebuah kantor polisi. Yang satu seorang laki-laki bernama Satrio ditangkap karena kebiasaannya melakukan balapan liar di jalanan. Sementara yang satu  Natasha karena terlibat perampasan mobil yang melibatkan kekerasan terhadap pacarnya. Ibunda Natasha juga sedang terbaring sakit, koma. Sebuah buku harian tidak lepas dari genggemannya sebelum koma. Karena itu Natasha bertekat untuk mencari siapa pemilik buku harian tersebut semata untuk membuat bahagia ibunya di akhir hayat. Siapa pemilik buku harian itu? Ya siapa lagi kalau bukan Mas Boy yang ternyata memiliki masa lalu yang indah bersama Ibunda Natasha tersebut.
Kalau mengharapkan bernostalgia banyak dari film ini, salah besar. Karena penampilan Onky dan Didi Petet pun hanya sebentar. Film ini murni tentang anak muda saat ini. DImana teman menjadi keluarga terdekat mereka dimana keluarga yang semestinya gagal memainkan perannya. Berbeda dengan Boy jaman dulu dimana orang tua mereka terlibat hingga urusan asmara. Kemewahan masih ada di cerita ini (ini ciri khas dari Boy) tapi ditampilkan dengan cukup wajar. Tanpa ada maksud untuk menampilkan gaya hidup yang hedonis. Dialog yang ditampilkan pun lugas khas anak muda jaman sekarang. Dan dialog - dialog tersebut diucapkan dengan sangat pas oleh bintang-bintang muda saat ini (Ario Bayu, Charisa Putri, Abimana (dahulu Robertino), Poppy Sofia, Albert Halim dan Paul Foster).
Visi Future Boy menurut gue pun ternyata sama dengan apa yang dialami oleh Satrio di film ini.
Jadi film ini menghibur sekaligus memiliki value yang tidak berat dan tidak dipaksakan tapi sangat berarti.

Comments

Popular Posts