Time of my own family
Bulan Maret sudah berjalan selama 9 hari. Seharusnya gue bersemangat di bulan ini. Nyatanya tidak.
Gue masih di kantor. Masih ada 1 hutang kerjaan, yaitu CCR. Kepanjangan dari Creative Communication Recomendation. Atau bahasa awamnya proposal. Yeap, sekarang gue membuat proposal. Nampaknya tugas ini muncul karena proposal NSC bulan desember lalu. Saat itu memang sebagian besar gue yang membuatnya. Ternyata hasilnya bagus. Jadinya para tetua ketagihan meminta gue untuk membuat proposal. Hingga saat ini ketuanya team yang membuat proposal tak kunjung tiba sejak resignnya Diana tahun lalu. Susah banget apa mencari orang yang jago membuat proposal? Juniornya hingga kini pun bukannya tanpa banyak kerjaan. Banyak sekali. Dan jujur, kemampuan dia masih sebatas junior.
Tapi, apa harus gue yang membuatnya? Sementara tanggung jawab gue sebagai art director terbengkalai. Kasihan gue lihat anak buah gue yang juga masih junior dipaksa bekerja sendiri dengan pengawasan minim dari gue. Jauh banget dengan junior sebelum mereka. Mungkin maksudnya ingin membuat mandiri tapi gak gitu ah. Bahkan satu anak buah gue nampaknya akan ahli di bidang produksi. Sudah beberapa kali dia diajak event. Bagus sih. Tapi gue cemas akan kemampuan dia mendesign akan kalah berkembang dengan kemampuan dia mengawasi produksi. Padahal dari design, untuk produksi sudah dibekalid engan gambar kerja yang lengkap. Seharusnya AE dapat bekerja baik dengn patokan itu. Kecuali AEnya gak ngerti sama sekali mengenai event. maaf yah kalau gue judes.
Mereka nampak masih menyepelekan masalah design. Sedih. Mereka mencoba "membantu" gue dengan memberikan arahan design. maaf - maaf lagi yah. Memberikan arahan design tidak segampang yang kalian kira. Kalau memberikan arahan design layaknya client. Well, lebih baik kalian diam saja.
Dan ketika beberapa hal tidak sesuai harapan, semua disalahkan.
Beberapa minggu lalu nyokap sakit lagi. Awalnya seperti masuk angin biasa. Mama sulit bangun tidur khususnya setelah tidur malam. Kalau dipaksakan rasanya sakit sekali. Bahkan Mama sampai pipis di celana karena tidak bisa bangun dari tempat tidur. Setelah melalui birokasi yang aneh dari BPJS. Akhirnya Mama dibawa ke fisioterapy. Tanpa BPJS. Setelah beberapa terapi akhirnya masa jauh lebih sehat. Selama beberapa minggu rumah tanpa makanan. Gue mencoba masak sebisanya. Membersihkan rumah. Meski begitu nyokap bersikeras untuk tetap bekerja.
Semuanya menyita tenaga dan pikiran gue. Beberapa kali gue telat ke kantor. Sedihnya, gue banyak emosi. Gue banyak tidak sabar menghadapi Mama. Gue merasa kesal karena harus telat ke kantor sehingga membuat banyak pekerjaan tertunda. Pikiran itu seharusnya tidak muncul di otak gue. Padahal gue bisa begitu sabar saat mengurus Papa.
Semuanya menyita tenaga dan pikiran gue. Beberapa kali gue telat ke kantor. Sedihnya, gue banyak emosi. Gue banyak tidak sabar menghadapi Mama. Gue merasa kesal karena harus telat ke kantor sehingga membuat banyak pekerjaan tertunda. Pikiran itu seharusnya tidak muncul di otak gue. Padahal gue bisa begitu sabar saat mengurus Papa.
Bukannya gue tidak mau berkembang. Gue percaya yang namanya belajar adalah hingga kita meninggal. Tapi gue juga ingin disaat gue memperoleh kestabilan dalam bekerja. Di saat gue mampu mengendalikan segala urusan gue di kantor. Gue memiliki waktu yang cukup untuk mengurus rumah gue. Mengurus Mama dan Papa. Semampu gue. Meski gue belum bisa memberikan mereka banyak materi. Sebelum mereka kehilangan banyak ingatan. Ingatan akan gue.
Comments